Oleh : dr. Jofizal Jannis, Sp. S(K)
Continue Reading...
Banyak lagu, puisi dan novel ditulis tentang cinta dibandingkan dengan topik lain. Coba dengarkan lagu separuh jiwaku pergi. Nyanyian itu telah menghantam perasaan seseorang terhadap orang yang dia cintai. Lagu, puisi, cerita merupakan hamparan otak di dalam kata-kata dan dapat merupakan pisau mengiris iris perasaan seseorang. Seperti halnya emosi maka dikatakan cinta sangat rumit, kadang-kadang menyenangkan, menyakitkan. Di samping itu, sebenarnya perasaan cinta merupakan sekelompok sikap, pikiran dan ide. Ia tumbuh menjadi perilaku yang ingin menyenangkan, coba pikirkan seluruh kegiatan dengan kata-kata cinta yang selalu menjadi pembicaraan sehari hari kita, seperti ; saya pikir saya jatuh cinta, saya cinta sepakbola, dia adalah cinta pertama saya, ia patah hati karena kegagalan cinta, dll. Oleh karena itu, sukar untuk mendapatkan kata-kata yang cocok untuk memberikan definisi secara umum.
Tulisan ini mencoba mengungkap tentang bagaimana otak melakukan peran terhadap cinta romantis, sementara mengesampingkan bentuk-bentuk cinta lain. Mencintai seseorang berarti menyukai penampakan fisik, dan selanjutnya melakukan penilaian lain, seperti cara bicara, perhatian, karakter, tabiat dan lain-lain. Perubahan nilai telah mengubah orang dalam menginterpretasikan cinta, seks dan romantis yang dewasa ini telah secara gamblang diungkapkan tanpa malu.
Faktor biologis
Cinta merupakan proses yang kompleks melibatkan pikiran, perasaan, dan perilaku. Semua ini mempunyai dasar biologis dan psikologis yang bersumber dari otak. Dasar biologis cinta sangat rumit karena bukan sekedar seksual saja, seperti dikatakan oleh Sigmund Freud seorang psikoanalis. Cinta mulai sejak pubertas, faktor biologis sejak lahir berkembang secara runtut sampai menjadi matang. Bersamaan dengan input lingkungan dan fungsi belajar merupakan penentu masa depan mencintai seseorang.
Di dalam otak terdapat jaringan saraf yang saling berkomunikasi dan melepaskan neurotansmiter yang akan mempengaruhi fisik seseorang. Secara anatomis, otak khususnya sistem limbik (lihat News Letter 1) menjadi pusat cinta karena bagian tersebut mengontrol motivasi dan emosi. Daerah otak yang terlibat ini mengatur nyeri dan kesenangan yang merupakan sistem sangat kompleks. Dulu Paul Mc Lean (neurologist) memproklamirkanTriune theory otak, berdasarkan ide bagaimana otak berkembang secara evolusi. Teori ini mengatakan otak manusia terdiri dari 3 bagian dalam satu, adalah sistem reptilia atau kompleks R, limbik dan neokorteks. Menurut teori ini setiap lapis bertanggung jawab sesuai lapisannya dan melakukan interaksi antar lapisan.
Sistem R mengontrol fungsi dasar sepert haus, temperatur, dan respons takut. Sistem limbik mengontrol emosi, motivasi dan memori. Daerah kesenangan dan bebas dari nyeri mempunyai lokasi disini. Pada sistem ini terdapat daerah sebesar biji kenari yang disebut amigdala dan berperan penting untuk mengatur/mengontrol perasaan, terutama takut dan marah. Sistem limbik juga bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dihubungkan dengan makanan, terutama rasa membau. Selain itu juga mempunyai impak seksual dan emosi. Lapisan lain korteks serebral bertanggung jawab terhadap proses informasi dan berfikir. Korteks ini berfungsi untuk, bahasa, bicara, menulis, merencanakan dan memecahkan masalah. Bagian kanan mempunyai tugas kreatif, seperti memainkan instrumen dan melukis, sedangkan kiri berfungsi untuk melakukan perhitungan matematik, belajar bagaimanabicara bahasa, atau menyelesaikan Sudoku. Setelah itu Roger Sperry membagi otak, belahan kanan dan kiri, sertamenganjurkan untuk menyeimbangkan antar 2 belah otak ini, sehingga orang akan lebih sukses.
Suasana hati (mood), memori, emosi dan cinta
Cinta memang kompleks, oleh karena itu diperlukan pembahasan secara psikologi dan biologi, bekerja bersama menentukan setiap aspek kehidupan manusia. Belajar, berfikir, emosi dan motivasi tidak disangsikan lagi mempunyai hubungan dengan cinta. Seluruh aktivitas ini diatur otak. Manusia sebagai kreator emosi, mempunyai perasaan beraneka warna, bahasa mengekspresikan perasaan ini. Jadi bila seseorang gagal menggunakan kata untuk berkomunikasi maka tubuh seringkali menyampaikan dalam bentuk perasaan, misalnya bila sedih akan mengangkat bahu atau bergerak lambat ke arah lain, dan akan mengepalkan tangan bila marah. Kadang kadang kita mudah membaca perasaan seseorang. Emosi mempunyai hubungan tertutup dengan motivasi. Hubungan antara image/kesan dengan emosi positif sering tampak pada tampilan iklan yang menggambarkan tubuh seseorang dengan penampilan reklame yang akan dijual. Oleh karena itu, emosi melibatkan interaksi reaksi tubuh misalnya rasa takut, marah dengan menampakkan ekspresi fasial. Otak kita akan merespons, saraf otonom, hormon, neurotransmiter tergantung dari reaksi emosi yang bersangkutan. Tubuh akan menjawab dengan meningkatnya denyut jantung, keringat dingin, muka merah dan merasa sesak.
Peranan penting lain dalam proses cinta adalah terlibatnya endorfin yang merupakan zat kimia, dihasilkan otak dan bekerja meningkatkan rasa senang serta mengurangi sakit sehingga muncul mood yang baik seperti halnya kerja obat2 opiat. Keadaan ini juga terjadi pada binatang, tetapi responsnya di korteks (kulit) otak berbeda. Seperti yang kita ketahui, korteks serebral merupakan dudukan proses berfikir yang mengontrol perasaan cinta
Neuroplastisitas dan cinta
Di otak terjadi proses reorganisasi neuronal masif bila jatuh cinta dan menjadi orang tua (parent), reorganisasi saraf tersebut merupakan kemampuan untuk berubah, hilang, memanjang, keadaan ini disebut neuroplastisitas. Menurut Freeman (Prof Neurosains dari Berkeley) keadaan reorganisasi itu terjadi karena ada neuromodulator yang berfungsi meningkatkan dan mengurangi efektifitas hubungan sinaptik dan membawa perubahan. Freeman percaya bila terjadi janji cinta, neuromodulator otak(oksitosin) dilepaskan, untuk membebaskan hubungan neuronal yang tercampur baur. Oksitosin kadang-kadang disebut juga neuromodulator yang dilepas bila make love dan orgasme pada laki dan perempuan. Sebenarnya pada wanita oksitosin juga dilepas selama melahirkan dan menyusui, zat ini menginduksi ketenangan, kehangatan mood, dan meningkatkan perasaan kelembutan. Selain itu ternyata oksitosin juga memicu kepercayaan, misalnya bila seseorang menghirup oksitosin dan diteruskan dengan menyerahkan dan membuat pertanggungjawaban uang, maka orang ini lebih cenderung dapat dipercaya. Berbeda dengan ini dopamin dapat mengindusi rangsangan, dan memicu gairah seksual.